Senin, 19 Mei 2014

Cahaya Rembulan

           Renungan Sore

Mentari beranjak ke peraduan
Siang berganti, malam menjelang
Kulihat burung terbang melayang

Pohon-pohonan tenang dan riang
Seakan bertasbih atas kekuasaan
Dan keagungan Allah Ar-Rahman

Ya Allah ku berdzikir pada-Mu
Agar Kau dekatkan hatiku pada-Mu
Ya Allah limpahkanlah kurnia-Mu 
Agar ku rasakan cinta-Mu

Allah soreku ini atas fitrah islam 
atas agama Nabi Muhammad
dan atas millah Nabi Ibrahim yang hanif
Ya Allah selamatkanlah hatiku

Allah di sore ini kuhitung amalku
yang telah kulakukan hari ini
terimalah kebajikanku ampunkan resahku
ya Allah kabulkanlah doaku
(Renungan sore: suara persaudaraan)

         Ketika malam menjelang, langit menandakannya dengan warna pink kemerah-merahan. Gelap sempurna baru datang ketika cahaya merah pun menghilang. Ketika malam gelap gulita, maka Allah kirimkan bulan dan bintang untuk menyinarinya. Tapi memang adakalanya langit itu hitam kelam tanpa bulan dan bintang. Ada waktunya juga langit berbintang tapi tidak ada bulan atau ada bulan tapi tidak ada bintang. Kata bang Haji,
         Bulan di manakah kini
         Jangan kau sembunyi tampakkanlah diri
         Bintang sepi menyendiri
         Berselimut sunyi selalu mencari
Malam semakin kelam
Tanpa kau sang rembulan
Bintang sedih bermuram
Tanpa kau sang rembulan (Bulan Bintang)

        Sobat, disaat malam ketika kita melihat sang rembulan sedang menerangi malam dengan keteduhannya menjadikan kedamaian bagi para insan yang menikmati udara malam. Bulan memberikan cahaya warna kehidupan di malam yang kelam. Jika biasanya hanya terdengar suara jangkrik dan hewan-hewan malam. Ketika rembulan brsinar, kita bisa lihat anak-anak bermain di halaman. Walau memang kalau di kota mungkin tidak ada artinya lagi. Kesibukan orang-orang mencari dunia melalaikan malam indah bertabur cahaya bulan. Ehmmm, eman banget. Saudaraku, Meneladani sang rembulan maka engkau akan menjadi pribadi mulia penuh wibawa. Tahu kenapa? Tanya kepada sang rembulan saja!!!
       Kata sang rembulan, “aku diamanahi Allah untuk menyinari alam tanpa memberi rasa panas kepada mereka. Aku memberi rasa damai kepada mereka, bahkan terasa indah bagi mereka yang sempat menikmatinya. Memang kadang yang nikmati malah mereka, para pasangan muda yang asyik bermaksiat dibawah naungan kedamaian bersama setan. Afwan ya!!! Habis gak tau malu, enak berduaan katanya tanpa ada yang tau, hanya kita berdua, lha gue (bulan) di kemanain? Berbeda Jika siang, mereka akan merasa panas, hingga harus pakai jaket, payung, atau pakaian panjang bahkan pakai kosmetik perawat kulit karena takut rusak kulitnya karena cahaya matahari yang panas. Aku juga bisa bersama bersanding dengan bintang tanpa menghilangkan mereka, tidak seperti matahari, karena sinarnya bulan dan bintang tertutupi. Bahkan dengan sinarku bintang, awan dan terkadang cahaya lampu pesawat terbang menambah indahnya suasana malam”
      Saudaraku yang berbahagia, kita akan merasakan malam kelam tanpa sinar bulan dan bintang, kelam tanpa ada tanda-tanda kehidupan. Saudaraku, jadilah bulan yang akan bersinar dimana pun kita berada. Kalau Sang bulan mampu menyinari malam yang hitam kelam, maka kehadiran kita harus memberikan warna pencerah bagi tempat dimana kita berada. Namun yang harus kita ingat juga, kata sang rembulan di atas, dia hadir tanpa menghilangkan cahaya sang bintang, dia bersanding dengan ribuan bahkan jutaan bintang. Saudaraku, keberadaan kita dalam suatu tenpat hendaknya tidak menjadikan kecemburuan bagi saudara-saudara yang lain. Kenapa ini penting? Karena jika kita sedang bersinar terang ada banyak hal yang menjadi ujian, kesombongan, keegoan, keangkuhan bahkan akan menjadikan diri kita takabbur, naudzubillah. Jadikanlah diri kita sinar yang akan menerangi cahaya yang lain. Menjadi motivator atau jadi sang pelopor bagi terlaksananya kebaikan.
      Itu bulan, lo bintang apa dong??? Sobat, lihat bintang diatas sana. (mana........ g da gitu!!!). Sobat, jika kita menyadarinya sungguh indah bintang bicara pada kita. Bahasanya santun tak ada cela, sikapnya ramah tanpa dusta. Senyumnya tulus tanpa rekayasa(sweet, sweet). Coba lihat mereka, engkau hitung jumlahnya, bisa??? Mereka ada ratusan, ribuan, lebih.... jutaan jumlah mereka. Mereka tidak terlihat besar laksana bulan. Mereka terlihat kecil karena jaraknya yang jauh, tapi subhanallah jumlah mereka sangat banyak. Ingat pepatah bilang, “sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit”. Sinarnya yang kecil jika hanya sendiri mungkin tidak akan memberi arti bagi langit hitam luas di malam hari. Tapi karena jumlah mereka banyak, cahaya mereka cukup memberi arti walau dia tidak bersanding dengan sang rembulan.
     Satu hal yang bisa kita ambil adalah kecil dalam jumlah yang banyak. Begitu juga dengan kita sobat. Kebaikan yang kita lakukan mungkin tidak besar, tapi jikalau jumlahnya sangat banyak kan sama juga dengan kebaikan yang besar. Bukan begitu??? Sobat, terkadang dalam hidup, kita tidak diberi pilihan untuk melakukan kebaikan yang besar, haji misal, wakaf tanah atau mungkin menjadi donatur. Tapi Allah pasti memberi kesempatan kepada kita untuk melakukan kebaikan-kebaikan kecil, kita tinggal melipatgandakan jumlahnya biar besar. Katanya pak ustadz, rasulullah pesan bahwa  amalan terbaik adalah amalan yang kecil tapi dilakukan dengan istiqomah. Akhirnya menjadi amalan yang besar juga kan? Maka kita pasti akan membenarkan apa yang disampaikan menantu rasululah, sayyidina ali, “kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah dengan kejahatan yang terorganisir”. Tidak semua hal selalu diawali dengan hal besar. Bahwa kita juga yakin untuk merubah hal yang besar adalah dengan merubah hal yang kecil. Laksana sang bintang yang merubah malam yang kelam karena sang bulan tidak hadir meneranginya menjadi malam yang terang benderang. Walau sinar mereka kecil, namun mereka tidak sendiri, sinar jutaan bintang menjadi satu sehingga langit menjadi terang benderang dengan sinar persatuan yang indah dimata makhluk-Nya.

Senin, 12 Mei 2014

kamarku mengajariku tentang hidup

                 Ketika aku bangun tidur. Saat aku buka mata, kulihat langit-langit kamar. Langit-langit kamar bilang, "Bercita-citalah setinggi mungkin sobat".  Setelah itu, aku duduk dan berdoa. Nikmat yang luar biasa yang dikaruniakan Allah hingga aku bisa kembali hidup. Ku lihat jam di dinding. Dia berkata, "tiap detik itu sangat berharga teman". Di bawah jam itu ku dapati cermin. Aku rajin ketemu sama dia. Stelah kubangkit dan lewat di depannya, dia bilang, "Sobat, berkacalah sebelum engkau bertindak ya!". Terdengar suara yang agak keras. "Jangan tunggu sampai besok ya". Ku lihat ternyata suara kalender. Dia mengingatkanku agar tidak suka menunda-nunda. Sambil terus melangkah kini kusampai di depan pintu. Sebelum ku pegang gagang pintunya, dia berpesan, "doronglah yang keras, pergi dan berusahalah sobat". Sebelum ku melangkah keluar, ku tengok belakang dan ku dapati lantai yang berpesan, "sujud dan berdoalah". itu adalah kunci kesuksesan kita.