E, maaf, maaf kok jadi ngelantur sampai ke bar…. Padahal maunya bahas gelas ya!!! Kembali ke laptop …! Sobat, sebenarnya uraian di atas hanya ingin memastikan bahwa ada banyak ragam bentuk gelas, benar kan??? Lihat saja gambar di atas…. Berbagai macam bentuk, berbagai ukuran, dari yang mini sampai yang jumbo. Harganya pun bervariasi, dari ribuan sampai jutaan… luar biasa kan…
Gelas
adalah salah satu wadah yang bisa
menampung apa yang dimasukkan ke dalamnya. Bisa diisi air, diisi madu, diisi
jamu, diisi teh, diisi kopi, atau diisi minuman keras, dan diisi berbagai jenis
minuman atau diisi yang lainnya.
Ada hikmah menarik yang bisa kita ambil dari sebuah
gelas yang bisa menjadi wadah bagi apa yang ditumpahkan padanya. Pertama, jika kita diibaratkan sebagai
gelas maka kita adalah sebuah wadah. Berarti
kita bisa di isi. Kita bebas memilih, terserah kita
milih apa untuk kita tuangkan dalam diri ini. Kita masukkan ke dalam otak, ke
dalam ruhani, dan juga ke dalam fisik kita. Mau air sejuk, es teh, kopi,
minuman keras atau pun obat-obatan terlarang terserah pada kita. Gelas itu
pasti akan terima. Sehingga hidup itu adalah pilihan, sebgaimana Allah juga
berikan pilihan itu. Dalam ayat
ke delapan surat Asy Syams, Allah berfirman,
"Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya."
Oleh sebab itu sobat,
jangan salah pilih. Karena setiap pilihan akan membawa konsekuensinya masing-masing. Tidak ada hal yang tidak berkonsekuensi, dan tidak ada
hal yang tidak berbalas. Siapa yang menanam maka ia akan menuai. Begitu pepatah
menasehati kita.
“مَنْ
يَزْرَعْ يَحْصُدْ”
“Barang siapa menanam pasti akan menuai (memanen).”
Ok sobat, setelah tau apa itu gelas dan pilihan mana
yang akan kita masukkan ke dalam gelas, sekarang kita ambil ibroh yang kedua. Ada
sebuah falsafah kehidupan yang mulia yang
bisa kita petik dari sebuah gelas. Gelas tidak mungkin
bisa dituangi apapun selama tutup gelas tersebut tidak dibuka, atau gelas dalam kondisi terbalik. Seberapa banyak kita menuangkan air ke dalam gelas,
jika gelasnya tertutup atau terbalik maka dijamin tidak ada yang akan masuk ke
dalam gelas.
Sama halnya dengan
kita, ketika kita mau belajar pada orang lain dan kita tidak “welcome”
dengan orang tersebut, itu artinya sama
saja kita menutup gelas (pikiran ) kita. Kemungkinan
kecil ilmu yang disampaikan akan
masuk dan terserap otak kita. Apalagi jika kita bertolak belakang dengan
“beliau” yang menyampaikan ilmu, bisa karena sakit hati, atau perasaan gak
nyaman atau bahkan ada kebencian dalam hati kita dengan “beliau”, maka bisa
dipastikan gak akan nyambung dengan apa yang dijelaskan. Kalau apa yang
disampaikan benar, biasanya kita sering menolak kebenaran tersebut. Bahkan bisa jadi kita merasa lebih tau atau sok tau
dan merasa lebih hebat dari beliau. Maka hal penting yang
bisa di tiru dari gelas adalah
membuka tutup gelasnya baru kemudian menuangkan isinya. Ketika kita bisa
menerima orang yang ada disekitar kita, pelan tapi pasti kita akan mendengarkan
apa yang dikatakan, bahkan menerima masukan dan kritik yang di sampaikan.
Sebagaimana
nasehat indah yang kita tahu,
اُنْظُرْ مَا قَالَ
وَلاَ تَنْظُرْ مَنْ قَالَ
Lihatlah
apa yang dikatakan (diucapkan) dan jangan melihat siapa yang mengatakan.
Don’t
give up friends. Allah mengingatkan kita bahwa putus asa itu bukan sikap kita,
orang yang beriman. Dalam surat Yusuf ayat 87,
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir."”
Saudaraku yang super
(katanya Mario teguh), saatnya kita
beli gelas, ok! Ketika kita mau membeli gelas, penjaga
toko biasanya akan memberi tau kita berbagai macam
jenis dan bentuk gelas atau minimal
menanyakan tentang gelas yang akan kita beli ditokonya.
Baik itu dalam bentuk katalog, maupun bentuk aslinya. Dari
yang kecil sampai yang ukuran buuuuesar.
Dari yang lima ribu sampai yang lima juta, (emangnya ada ya?). Semua mempunyai
kapasitas yang berbeda sesuai dengan ukuran dan bentuknya.
Next
ibroh yang kelima, kapasitas gelas yang
terbatas seharusnya tidak menjadikan kita menggantungkan harapan sepenuhnya
padanya. Ada wadah yang lebih besar lagi dari sebuah gelas kan? Sobat, walau
kita, sesama manusia harus saling membantu, tapi layaknya gelas yang terbatas
kita tidak bisa sepenuhnya bergantung pada bantuan manusia. Bukankah kita sadar
ada wadah yang lebih besar dari gelas manusia. Kita punya Allah, Tuhan yang
Maha Segalanya. Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Mengetahui dan segala sifat
mulia yang ada dalam asmaul husna.
“Kepunyaan-Nyalah
kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu.” (Al
Hadiid; 2)
Seberapa
berat masalah yang sedang kita hadapi hendaknya kita bergantung pada-Nya.
Sebagaimana kata bijak, “Jangan engkau
katakan,” aku punya masalah yang besar”, tapi katakanlah pada masalah bahwa “aku
punya Allah yang Maha Besar”.”
Hebatkan gelas itu sobat???
Yang berikutnya sobat, sebagai wadah maka gelas itu terkadang
diisi dengan sesuatu yang
panas, sangat dingin kadang pula di isi air putih
biasa. Hal ini akan
menguji seberapa kuat kualitas gelas tersebut. Bukan sekedar masalah besar dan
kecil, atau tebal dan tipisnya gelas tapi juga kualitas bahan baku gelas
tersebut. Kawan ini ibroh yang ke enam, karena setiap
orang adalah gelas, suatu saat pasti akan ketemu isi yang panas, isi yang
sangat dingin, atau yang bersuhu normal-normal saja.
Ada saatnya kita dapati perkataan manis penuh pujian,
atau sanjungan yang membanggakan. Suatu ketika kita juga akan dapati kalimat
yang memanaskan hati, kata kotor penuh caci maki, atau sekedar bahasa pergaulan
sehari-hari. Semuanya itu akan menunjukkan kualitas pribadi kita. Seberapa kuat
daya tahan kita. Bukan sekedar masalah strata sosial, bukan juga masalah fisik
seseorang, tapi lebih cenderung karena akal dan hati seseorang.
Standartnya
Allah untuk kita adalah,
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.” (Al Hujurat: 17)
Sungguh hebat individu
yang mampu menjadi tempat mengadu orang-orang yang ada disekitarnya. Menjadi
orang yang mampu memberikan solusi kepada para rekan yang lagi kebingungan.
Menjadi orang yang memberi bara api kehidupan bagi orang yang berada dalam
keputusasaan. Luar biasa, menjadi indivdu yang dipercaya menerima curahan rasa
hati yang tidak semua orang dipercaya mendengarkannya. Menjadi orang terbaik, karena banyak kontribusi yang
bisa diberikan. Sebagaimana pesan Rasulullah,
“sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat
bagi sodaranya”
Namun yang harus
diperhatikan sobat, ternyata tidak
selamanya gelas itu akan mampu menampung isi yang sangat panas, kemudian diisi dengan sesuatu yang sangat
dingin. Terkadang gelas itu
akan retak bahkan bisa juga pecah.
Namun jika untung tidak dapat diraih, gelas itu akan tetap pecah juga.
Saudaraku yang budiman, namanya ja gelas, yang masuk kelompok barang
pecah belah. Rentan bagi gelas untuk pecah. Maka salah satu trik untuk
mengurangi resiko pecahnya gelas ketika dituangi air panas, masyarakat biasanya
menambahkan sendok ke dalam gelas. Apa
untungnya? Ternyata sendok yang ada di dalam gelas akan membantu gelas menyerap
sebagian panas yang masuk ke dalam gelas. Saudaraku,
itulah pelajaran hidup yang ketujuh yang harus kita ketahui dari sebuah gelas.
Bagaimana kita harus menjaga hubungan baik dengan orang lain, dengan orang di sekeliling kita,
bahkan orang yang paling dekat yang mempercayai kita untuk mendengar rahasia
hati mereka dan juga orang terdekat,
keluarga kita.
Bahkan sudah jadi sifat
barang pecah belah apalagi dari kaca, kalau pecah akan tercerai berai menjadi
berkeping-keping jadinya. Saudaraku, yang harus menjadi catatan adalah umumnya hubungan yang
sangat dekat, ketika retak biasanya sulit disatukan kembali. Apalagi kalau
dekat tangan, maka bisa juga melukai tangan kita. Maka ketika hubungan agak
renggang jangan dipaksakan untuk ditangani sendiri, bisa kita menggunakan jasa
“sendok” atau mediator untuk membantu kita menjalin komunikasi dengan orang
yang agak kurang baik komunikasinya dengan kita.
Saudaraku, dua gelas
yang saling berbenturan bisa jadi salah satunya pecah atau kedua-duanya pecah. hati-hatilah
dengan kaca pecahan gelas itu jangan sampai melukai kaki atau tubuh kita serta
jangan sampai juga melukai anggota keluarga atau orang-orang yang kita sayangi.
Ketika Allah telah menakdirkan gelas itu harus pecah, maka hati-hatilah dengan
kaca pecahan gelas itu. Jangan sampai melukai kaki atau tubuh kita serta jangan
sampai juga melukai anggota keluarga atau orang-orang yang kita sayangi.Pelajaran
bijak yang terkandung adalah ketika ukhuwah itu tersambung ada kemungkinan
Allah kasih itu cobaan untuk menguji kekuatannya. Maka dengan ujian itu
terkadang ukhuwah kita retak atau bahkan putus. Saudaraku, jangan sampai keretakan
itu mengakibatkan rasa saling benci dan menyakiti apalagi hingga sampai anak
cucu, bahkan mengutuk sampai tujuh turunan. Naudzubillah. Hati-hati Saudaraku jangan
sampai melukai diri kita apalagi berlanjut sampai ke anak bahkan cucu kita. Jadilah
gelas yang bisa menjadi wadah yang dipercaya bisa menampung apa yang dituangkan
kedalam gelas dan mampu menjaganya. Mari jadi gelas dengan kualitas bahan dan
ukuran yang besar, sehingga bisa menampung banyak isi namun tidak gampang
pecah. Wal hasil akan banyak orang yang melepaskan dahaganya lantaran jalan
jasa gelas yang digunakannya. Wallahu’alam bi showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar