Jumat, 28 November 2014

GELAS KEHIDUPAN



Setiap ibu rumah tangga, di ruang dapurnya pasti memiliki beraneka ragam bentuk gelas. Ada gelas yang berkaki dan ada pula gelas yang tidak berkaki. Semuanya diciptakan dengan tujuannya sendiri-sendiri. Di suatu tempat yang bernama bar, dikenal istilah unstem glass untuk gelas yang tidak berkaki, sedangkan stem glass untuk gelas berkaki. Masing-masing jenis gelas tersebut memiliki variasi bentuk yang cukup banyak. Coba saja lihat gambar di atas. Gelas tidak berkaki digunakan untuk menyajikan minuman dengan es, sedangkan gelas berkaki digunakan untuk menyajikan minuman dingin tanpa es sehingga ketika dipegang suhu minuman tersebut tetap terjaga.

E, maaf, maaf kok jadi ngelantur sampai ke bar…. Padahal maunya bahas gelas ya!!! Kembali ke laptop …! Sobat, sebenarnya uraian di atas hanya ingin memastikan bahwa ada banyak ragam bentuk gelas, benar kan??? Lihat saja gambar di atas…. Berbagai macam bentuk, berbagai ukuran, dari yang mini sampai yang jumbo. Harganya pun bervariasi, dari ribuan sampai jutaan… luar biasa kan…
Gelas adalah salah satu wadah yang bisa menampung apa yang dimasukkan ke dalamnya. Bisa diisi air, diisi madu, diisi jamu, diisi teh, diisi kopi, atau diisi minuman keras, dan diisi berbagai jenis minuman atau diisi yang lainnya.
Namun ada hal menarik ketika kita menuangkan sesuatu ke dalamnya, akankah masuk atau tumpahkah apa yang kita tuangkan ke dalam gelas tersebut? Karena ada berbagai kemungkinan yang akan terjadi jika kita menuangkan sesuatu ke dalamnya. Mungkin saja kondisi gelas itu tertutup, gelas itu terbalik, gelas itu terbuka tapi bocor, atau gelas itu miring, atau adakalanya gelas itu terbuka dengan kondisi yang baik. Jika gelas itu terbuka dengan kondisi yang baik maka kita dapat dengan mudah mengisinya. Namun jika gelas itu tertutup, pasti tidak akan ada yang bisa masuk ke dalamnya. Bahkan setetes pun tidak akan masuk ketika tutup itu masih melekat erat menutup gelas.
Ada hikmah menarik yang bisa kita ambil dari sebuah gelas yang bisa menjadi wadah bagi apa yang ditumpahkan padanya. Pertama, jika kita diibaratkan sebagai gelas maka kita adalah sebuah wadah. Berarti kita bisa di isi. Kita bebas memilih, terserah kita milih apa untuk kita tuangkan dalam diri ini. Kita masukkan ke dalam otak, ke dalam ruhani, dan juga ke dalam fisik kita. Mau air sejuk, es teh, kopi, minuman keras atau pun obat-obatan terlarang terserah pada kita. Gelas itu pasti akan terima. Sehingga hidup itu adalah pilihan, sebgaimana Allah juga berikan pilihan itu. Dalam ayat ke delapan surat Asy Syams, Allah berfirman,
 "Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya."
Oleh sebab itu sobat, jangan salah pilih. Karena setiap pilihan akan membawa konsekuensinya masing-masing. Tidak ada hal yang tidak berkonsekuensi, dan tidak ada hal yang tidak berbalas. Siapa yang menanam maka ia akan menuai. Begitu pepatah menasehati kita.
مَنْ يَزْرَعْ يَحْصُدْ
Barang siapa menanam pasti akan menuai (memanen).
Ok sobat, setelah tau apa itu gelas dan pilihan mana yang akan kita masukkan ke dalam gelas, sekarang kita ambil ibroh yang kedua. Ada sebuah falsafah kehidupan yang mulia yang bisa kita petik dari sebuah gelas. Gelas tidak mungkin bisa dituangi apapun selama tutup gelas tersebut tidak dibuka, atau gelas dalam kondisi terbalik. Seberapa banyak kita menuangkan air ke dalam gelas, jika gelasnya tertutup atau terbalik maka dijamin tidak ada yang akan masuk ke dalam gelas.
Sama halnya dengan kita, ketika kita mau belajar pada orang lain dan kita tidak welcome dengan orang tersebut, itu artinya sama saja kita menutup gelas (pikiran ) kita. Kemungkinan kecil ilmu yang disampaikan akan masuk dan terserap otak kita. Apalagi jika kita bertolak belakang dengan “beliau” yang menyampaikan ilmu, bisa karena sakit hati, atau perasaan gak nyaman atau bahkan ada kebencian dalam hati kita dengan “beliau”, maka bisa dipastikan gak akan nyambung dengan apa yang dijelaskan. Kalau apa yang disampaikan benar, biasanya kita sering menolak kebenaran tersebut. Bahkan bisa jadi kita merasa lebih tau atau sok tau dan merasa lebih hebat dari beliau. Maka hal penting yang bisa di tiru dari gelas adalah membuka tutup gelasnya baru kemudian menuangkan isinya. Ketika kita bisa menerima orang yang ada disekitar kita, pelan tapi pasti kita akan mendengarkan apa yang dikatakan, bahkan menerima masukan dan kritik yang di sampaikan.
Sebagaimana nasehat indah yang kita tahu,
اُنْظُرْ مَا قَالَ وَلاَ تَنْظُرْ مَنْ قَالَ
Lihatlah apa yang dikatakan (diucapkan) dan jangan melihat siapa yang mengatakan.
Selain kondisi itu, kita tahu terkadang gelas itu terbuka dan bisa diisi, namun ternyata tidak kunjung penuh juga. Hal ini dikarenakan gelas itu bocor atau kadang miring. Maknanya apa? Ini ibroh yang ketiga, terkadang diantara kita ada yang belajarnya sudah rutin, tapi ternyata tidak paham2 juga. Bahkan bisa juga putus asa, atau minimal butuh tenaga ekstra untuk memahami suatu pelajaran tertentu. Jika sudah begitu, maka tutuplah kebocoran gelas itu dengan sesuatu yang lain, ok! Ditambah dengan do’a, ditambah sedekah, rajin tilawah, dan lain sebagainya. InsyaAllah, jika dia tetap belum paham-paham juga, maka itu akan jadi tambahan catatan amal kebaikannya disisi Allah, insyaAllah. Satu hal yang pasti ketika mau belajar, maka buka hati dan pikiran sobat, niscaya ilmu yang kita pelajari akan terserap dengan baik, insyaAllah.
Don’t give up friends. Allah mengingatkan kita bahwa putus asa itu bukan sikap kita, orang yang beriman. Dalam surat Yusuf ayat 87, 
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir."
Saudaraku yang super (katanya Mario teguh), saatnya kita beli gelas, ok! Ketika kita mau membeli gelas, penjaga toko biasanya akan memberi tau kita berbagai macam jenis dan bentuk gelas atau minimal menanyakan tentang gelas yang akan kita beli ditokonya. Baik itu dalam bentuk katalog, maupun bentuk aslinya. Dari yang kecil sampai yang ukuran buuuuesar. Dari yang lima ribu sampai yang lima juta, (emangnya ada ya?). Semua mempunyai kapasitas yang berbeda sesuai dengan ukuran dan bentuknya.
Sobat, karena gelas yang kita miliki punya bentuk dan ukuran yang berbeda-beda maka  kapasitas tiap gelas tersebut juga akan berbeda. Ketika dituangkan minuman ke dalam gelas, gelas akan terisi dan terus terisi. Jika dua gelas dengan ukurannya berbeda diisi dengan jumlah yang sama,  hasilnya pasti akan berbeda. Jika kita tuangkan terus menerus, gelas pun akan menumpahkan isinya. Betul??? Ibroh yang keempat ini sobat, sama halnya dengan gelas, kapasitas tiap individu berbeda-beda sesuai dengan di mana dia berada dan seberapa pengetahuan yang ada dalam dirinya. Ucapan yang sama bisa disikapi berbeda oleh orang yang berbeda karena kapasitas orang yang menyikapinya berbeda. Maka tidak selamanya orang yang diminta bantuan bisa membantu apa yang kita minta. Atau kita terkadang tidak mampu membantu atau mendengar keluh kesah orang lain karena kapasitas kita terbatas. Sadari itu saudaraku, sehingga kita bisa menghargai orang lain dan tidak menyama ratakan orang lain. Begitu juga dengan diri kita. Insyaallah kita akan lebih bisa menghormati saudara kita dan kita juga akan dihormati jika kita bisa proporsional memosisikan diri kita, betul to? Kapasitas pribadi yang berbeda-beda seharusnya mengingatkan kita pada semboyan bangsa kita, “Bhineka Tunggal Ika”, berbeda-beda kapasitasnya, tetapi tetap satu jua. Satu sodara!  
Next ibroh yang kelima, kapasitas gelas yang terbatas seharusnya tidak menjadikan kita menggantungkan harapan sepenuhnya padanya. Ada wadah yang lebih besar lagi dari sebuah gelas kan? Sobat, walau kita, sesama manusia harus saling membantu, tapi layaknya gelas yang terbatas kita tidak bisa sepenuhnya bergantung pada bantuan manusia. Bukankah kita sadar ada wadah yang lebih besar dari gelas manusia. Kita punya Allah, Tuhan yang Maha Segalanya. Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Mengetahui dan segala sifat mulia yang ada dalam asmaul husna.
Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al Hadiid; 2)
Seberapa berat masalah yang sedang kita hadapi hendaknya kita bergantung pada-Nya. Sebagaimana kata bijak, “Jangan engkau katakan,” aku punya masalah yang besar”, tapi katakanlah pada masalah bahwa “aku punya Allah yang Maha Besar”.”
Hebatkan gelas itu sobat???
Yang berikutnya sobat, sebagai wadah maka gelas itu terkadang diisi dengan sesuatu yang panas, sangat dingin kadang pula di isi air putih biasa. Hal ini akan menguji seberapa kuat kualitas gelas tersebut. Bukan sekedar masalah besar dan kecil, atau tebal dan tipisnya gelas tapi juga kualitas bahan baku gelas tersebut. Kawan ini ibroh yang ke enam, karena setiap orang adalah gelas, suatu saat pasti akan ketemu isi yang panas, isi yang sangat dingin, atau yang bersuhu normal-normal saja. Ada saatnya kita dapati perkataan manis penuh pujian, atau sanjungan yang membanggakan. Suatu ketika kita juga akan dapati kalimat yang memanaskan hati, kata kotor penuh caci maki, atau sekedar bahasa pergaulan sehari-hari. Semuanya itu akan menunjukkan kualitas pribadi kita. Seberapa kuat daya tahan kita. Bukan sekedar masalah strata sosial, bukan juga masalah fisik seseorang, tapi lebih cenderung karena akal dan hati seseorang.
Standartnya Allah untuk kita adalah, 
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al Hujurat: 17)
Sungguh hebat individu yang mampu menjadi tempat mengadu orang-orang yang ada disekitarnya. Menjadi orang yang mampu memberikan solusi kepada para rekan yang lagi kebingungan. Menjadi orang yang memberi bara api kehidupan bagi orang yang berada dalam keputusasaan. Luar biasa, menjadi indivdu yang dipercaya menerima curahan rasa hati yang tidak semua orang dipercaya mendengarkannya. Menjadi orang terbaik, karena banyak kontribusi yang bisa diberikan. Sebagaimana pesan Rasulullah,
“sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sodaranya”
Namun yang harus diperhatikan sobat, ternyata tidak selamanya gelas itu akan mampu menampung isi yang sangat panas, kemudian diisi dengan sesuatu yang sangat dingin. Terkadang gelas itu akan retak bahkan bisa juga pecah. Namun jika untung tidak dapat diraih, gelas itu akan tetap pecah juga.
Saudaraku yang budiman, namanya ja gelas, yang masuk kelompok barang pecah belah. Rentan bagi gelas untuk pecah. Maka salah satu trik untuk mengurangi resiko pecahnya gelas ketika dituangi air panas, masyarakat biasanya menambahkan sendok ke dalam gelas. Apa untungnya? Ternyata sendok yang ada di dalam gelas akan membantu gelas menyerap sebagian panas yang masuk ke dalam gelas. Saudaraku, itulah pelajaran hidup yang ketujuh yang harus kita ketahui dari sebuah gelas. Bagaimana kita harus menjaga hubungan baik dengan orang lain, dengan orang di sekeliling kita, bahkan orang yang paling dekat yang mempercayai kita untuk mendengar rahasia hati mereka dan juga orang terdekat, keluarga kita.
Bahkan sudah jadi sifat barang pecah belah apalagi dari kaca, kalau pecah akan tercerai berai menjadi berkeping-keping jadinya. Saudaraku, yang harus menjadi catatan adalah umumnya hubungan yang sangat dekat, ketika retak biasanya sulit disatukan kembali. Apalagi kalau dekat tangan, maka bisa juga melukai tangan kita. Maka ketika hubungan agak renggang jangan dipaksakan untuk ditangani sendiri, bisa kita menggunakan jasa “sendok” atau mediator untuk membantu kita menjalin komunikasi dengan orang yang agak kurang baik komunikasinya dengan kita.
            Saudaraku, dua gelas yang saling berbenturan bisa jadi salah satunya pecah atau kedua-duanya pecah. hati-hatilah dengan kaca pecahan gelas itu jangan sampai melukai kaki atau tubuh kita serta jangan sampai juga melukai anggota keluarga atau orang-orang yang kita sayangi. Ketika Allah telah menakdirkan gelas itu harus pecah, maka hati-hatilah dengan kaca pecahan gelas itu. Jangan sampai melukai kaki atau tubuh kita serta jangan sampai juga melukai anggota keluarga atau orang-orang yang kita sayangi.Pelajaran bijak yang terkandung adalah ketika ukhuwah itu tersambung ada kemungkinan Allah kasih itu cobaan untuk menguji kekuatannya. Maka dengan ujian itu terkadang ukhuwah kita retak atau bahkan putus. Saudaraku, jangan sampai keretakan itu mengakibatkan rasa saling benci dan menyakiti apalagi hingga sampai anak cucu, bahkan mengutuk sampai tujuh turunan. Naudzubillah. Hati-hati Saudaraku jangan sampai melukai diri kita apalagi berlanjut sampai ke anak bahkan cucu kita. Jadilah gelas yang bisa menjadi wadah yang dipercaya bisa menampung apa yang dituangkan kedalam gelas dan mampu menjaganya. Mari jadi gelas dengan kualitas bahan dan ukuran yang besar, sehingga bisa menampung banyak isi namun tidak gampang pecah. Wal hasil akan banyak orang yang melepaskan dahaganya lantaran jalan jasa gelas yang digunakannya. Wallahu’alam bi showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar