Selasa, 13 Oktober 2015

Pepohonan di tepi jalan

Sobat, kita mesti sering naik mobil menuju suatu tempat rekreasi, atau tempat tujuan tertentu. Yang mesti kita alami adalah ketika kita pulang kampung saat lebaran. Dengan kendaraan yang kita punya, kita sering memacu sekencang mungkin agar cepat sampai di tujuan. Kecepatan penuh, gas pol remblong. Jika kita sedang berjalan-jalan naik mobil, di sepanjang jalan kita sering temui deretan pepohonan yang berderet, berjajar tertata rapi menemani perjalanan. Semakin cepat kita mengendarai kendaraan kita, kita akan merasa pepohonan itu berlari dengan cepat meninggalkan kita.
Seolah olah mereka yang berjalan padahal kita yang sebenarnya berjalan. Begitu juga dengan kita, kita lebih mudah melihat orang lain daripada melihat diri kita sendiri. Seakan teman kita yang pergi meninggalkan kita. Padahal mungkin diri kita yang meninggalkan mereka. Kita jarang merasa kalau yang berbuat adalah diri kita. Kita lebih mudah melihat orang lain, menilai, dan terkadang menyalahkannya. Sampai-sampai kita sering mencari "Kambing Hitam" untuk menutupi kesalahan kita. Pepatah mengajari kita bahwa, "Gajah dipelupuk tak tampak, kuman di seberang lautan tampak." Bukan begitu kawan???


Itu pelajaran yang pertama kawan....
Untuk pelajaran yang kedua, simak ilustrasinya kawan....
Kalo kita perhatikan lalu lalang kendaraan di jalan raya, siapa yang jadi raja jalanan. Seenaknya bisa srobot kanan, srobot kiri. Space sempit juga berani nyelip. Betull, sepeda motor. Meski ukurannya kecil dibanding mobil dan bus, sepeda motor lebih asyik berkeliaran di jalanan. Orang yang numpang sepeda motor paling banyak cuma dua,kalo cenglu kan gak boleh, melanggar undang-undang katanya. Kalo mobil bisa berisi 8 orang, sedangkan bus bisa memuat 60 orang. Intinya kawan, semakin besar muatannya membuat kendaraan tidak bisa bertindak semaunya. Kalau sembarangan ya "Sumber Slamet" itu contohnya.



 Pelajarannya apa kawan? Jika jalan kehidupan kita itu ibarat jalan raya, maka kualitas pribadi kita ada 3 pilihannya. Kualitas sepeda motor, mobil atau bis. Kalo kita cukup egois memilih kualitas kecil sepeda motor, maka kita bisa menikmati hidup seenak diri kita. Makan gak makan terserah saya. Kerja baik atau buruk gak masalah. Itu urusan saya. Tidak banyak orang yang jadi korban ketika kegagalan menimpa orang tipe sepeda motor, karena paleng banyak cuma 2 orang saja kapasitasnya. Kalau berhasil juga untuk kesenangan mereka berdua. 
Berbeda dengan orang besar, orang yang memilih kualias hidupnya sebesar bis. Dia mau memikirkan nasib orang lain. Kerja untuk hidup sendiri itu kan biasa. Tapi orang rela kerja untuk kepentingan bersama itulah yang luar biasa. Dia bisa mikirkan hidup 60 orang. Tak kan mungkin hidupnya dibuat seeaknya saja.Setiap tindakan yang diambilnya akan selalu mempertimbakan efek bagi 60 orang lainnya. Sukses bukan cuma pribadi. Suksesnya akan jadi kenangan, tinta emas bagi 60 orang lainnya. Orang inilah yang disebut orang yang terbaik. Sebagaimana pesan Rasulullah, "sebaik baiknya orang adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain".
ibroh yang terakhir kawan......
Jika jalan raya itu adalah jalan hidup kita, maka kita bisa punya pilihan untuk hidup dengan ide atau mimpi yang besar layaknya bus. Atau hidup kita hanya sebatas sepeda motor, mimpi dan ide yang kecil. Umumnya orang akan bilang memilih mimpi yang besar. Satu hal yang pasti, kalau bis itu tidak bisa sembrono, gegabah, buru-buru kayak orang naik sepeda motor. Sekali lagi, bisa nyelip gang sempit, langsung beslok semaunya, srobot kanan dan srobot kiri. Bis akan memperhatikan banyak hal kalo jalan lagi rame. Meski bisa menang jika diadu cepat sama sepeda ketika jalannya sepi. Tapi sudah bagian cerita, dalam jalan itu akan selalu ada sepeda motor kecuali jalan tol. Artinya bagi orang yang berMIMPI BESAR dia pasti akan diuji sesuatu yang sepele. Perkara sepele yang menyelinap dan menyerobot agenda besar kita. Perkara sepele itulah yang akan mengganggu menyita banyak perhatian dan konsentrasi kita sehingga MIMPI BESAR itu tertunda bahkan sirna.

Met bermimpi besar kawan, katanya orang, 
"SEBERAPA BESAR MIMPIMU, SEBESAR ITU PULA KUALITAS HIDUPMU"

Wallahu 'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar