Senin, 09 Mei 2016

Seanggun Angsa Putih


       
          Telaga atau danau biasanya ramai dengan kondisi yang berwarna warni. Indah warna teratai yang dipadu angsa yang tegar,anggun berenang menikmati tenangnya perairan. Bergerak kesana kemari, sendiri, berpasangan bahkan bergerombolan menambah indahnya pemandangan di atas permukaan air yang tenang. Sebuah pemandangan yang luar biasa, maha besar kekuasaan Allah ditengah angsa yang sedang berenang.

Seekor angsa berenang dari tepi menuju tengah kerumunan angsa yang lain di tengah kolam. Dengan tenang, tidak panik angsa ini menuju kerumunan teman-temannya. Sayapnya tidak dikepakkan dan juga tidak diangkat sama sekali. Setelah mencapai kerumunan angsa di tengah kolam, mereka dengan tenang menikmati segarnya telaga. Kawan, jika kita ingin belajar pada guru “angsa” ada sesuatu pelajaran yang luar biasa di balik peristiwa itu semua. Jika kita perhatikan, di atas permukaan air akan didapati tiap ekor angsa yang tenang berenang. Namun ternyata ditengah anggunnya angsa diatas air, ada sesuatu yang sibuk di bawah air. Untuk menjaga ketenangan badannya kawan, kaki angsa sibuk bergerak di bawah air untuk menopang tubuh yang indah berenang. Kakinya bergerak kesana kemari untuk mempertahankan posisi tubuhnya yang anggun. Selaput diantara jari-jemarinya memberikan daya tambahan untuk bekerja. Andai saja kakinya tanpa selaput, pasti angsa akan lebih bekerja keras untuk bisa tegak berenang ke telaga.
        Kawan, sungguh luar biasa Tuhan memberikan pelajaran kepada kita. Tidak ada sesuatu kenikmatan, keindahan dan kebahagiaan yang mutlak tanpa ada usaha keras dibalik keberhasilan itu. Dibutuhkan usaha maksimal, usaha keras untuk menopang sebuah keberhasilan. Tidak ada kesuksesan tanpa sebuah pengorbanan. Pasti ada harga yang harus dibayar untuk membeli keberhasilan itu. Semakin kesuksesan itu bertahan lama, maka semakin keras usaha yang harus dilakukan, semakin mahal harga yang harus dibayar. Jangan langsung ditutup dengan kata takdir atau kekuasaan Tuhan. Sebuah kata bijak yang pernah disampaikan, “Akhir dari usaha terbaik manusia adalah awal dari campur tangan Tuhan”.
Jika kita perluas pelajaran dari guru “angsa” ini, kita bisa bawa ke dalam sebuah organisasi. Untuk menopang sebuah kesuksesan organisasi, dibutuhkan kerja keras dari masing-masing komponen yang ada di bawahnya.                                                                 Sebuah organisasi yang kelihatan besar, kuat dan tegar, maka sebagaimana angsa, di bawah permukaan besarnya kekuatan organisasi itu ada kerja keras emua komponen penyusun organisasi. Ribuan pekerja dan ribuan kerjaan. Meski berbeda komponen dan tugas, semua bekerja demi satu tujuan. Kesamaan tujuan menjadi pengokoh dalam usaha. Mungkin saja dari masing-masing komponen terjadi kecumburuan karena tugasnya berbeda. Yang satu merasa usahanya lebih berat daripada yang lain, muncul iri hati, hingga dengki dan hasud. Maka kesadaran akan tujuan dan tugas masing-masing menjadi penting untuk mencapai kesuksesan bersama. Setelah masing-masing komponen paham tugasnya maka perannya akan maksimal dan menjadi satu kesatuan kesuksesan.
Coba bayangkan kawan, jika kaki angsa tidak mau bergerak alias diam saja apa yang akan terjadi? Angsa itu akan diam saja, atau jika terkena gelombang akan roboh karena tidak seimbang  kalau tu kapal ya bisa terguling dan tenggelam. Kelanjutan organisasi di atas juga begitu kawan. Kalo organisasi sudah besar, berdiri kokoh kemudian lupa daratan dan sombong, membuat penghuninya tidak nyaman kemudian berhenti bergerak… maka hati-hati itu artinya angsanya akan goyah, roboh dan tenggelam. Setiap penghuni organisasi, sekecil apapun perannya dia menjadi sesuatu yang penting untuk dihargai. Sebagaimana kita menghargai jari kelingking kaki kita agar kaki kita bisa berenang sempurna…. Bukan begitu kawan????
“Jika kita di amanahi tugas A, jangan iri dengan amanah B milik orang lain. Boleh jadi hanya kita yang mampu menangani tugas A dan kita tidak mampu di amanah B”. Allah mengingatkan dalam salah satu ayatnya,
|=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãA$tFÉ)ø9$# uqèdur ×nöä. öNä3©9 ( #Ó|¤tãur br& (#qèdtõ3s? $\«øx© uqèdur ׎öyz öNà6©9 ( #Ó|¤tãur br& (#q6Åsè? $\«øx© uqèdur @ŽŸ° öNä3©9 3 ª!$#ur ãNn=÷ètƒ óOçFRr&ur Ÿw šcqßJn=÷ès? ÇËÊÏÈ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al Baqarah 216)
Allah mengajarkan lewat angsa, kenapa kaki mereka berselaput? Kok ndak kayak kaki ayam atau unggas yang hidup di daratan? Setiap kita dikasih potensi dan kemampuan masing-masing kawan. Setiap tempat yang kita tempati, disitu mesti Allah limpahkan kepada kita kemampuan bertahan hidup. Mereka yang hidup di pesisir akan dikaruniai kemampuan orang pesisir. Mereka yang hidup di pegunungan akan diberi kemampuan orang pegunungan yang tidak dimiliki mereka yang ada di pesisir. Allah maha perencana kawan…
Oh ya kawan, terkadang diantara kita akan bilang itu kan angsa, kita kan bukan angsa. Ato itu angsa merah, kita kan angsa putih. Atau ada yang bilang, enak ya jadi angsa. Bisa terbang, bisa juga berenang dengan tenang. Kawan, orang  jawa pernah bilang, “urip iku sawang sinawang”. Artinya dalam kehidupan itu antara orang yang satu dengan yang lain akan senantiasa membeda-bedakan dirinya. Enak mereka gitu sedang kita gini… Padahal semuanya kalau dirasakan ya sama aja. Sama susahnya, sama senangnya juga. Yang membedakan hanyalah taqwanya.
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.” (Al Hujurat : 13)
Sebagai penutup kawan, untuk pengingat kita semua bahwa kita ini bisa tegak berdiri terlihat gagah karena kaki kawan. Meski dia berada di bawah, dialah yang menyokong tubuh kita. Artinya sesukses kita saat ini selalu ada orang yang mengantarkan kita mencapainya. Bisa jadi mereka orang-orang yang secara fisik terlihat tidak seberapa. Mungkin doa merekalah yang mengantarkan kita mencapai ini semua. Jangan sombong dan jangan semena-mena. 
Semoga bermanfaat

Image result for kita mulia karena orang lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar