"Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan
habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Luqman: 27)
Malam mulai hening ketika jam di dinding menunjukkan waktu, pukul 21.30 wib. Aktifitas berangsur-angsur mulai usai. Menyisakan beberapa orang yang kita kenal lagi "nglembur." Tidak luput juga aktifitas anak-anak pelajar di malam hari. Ya, belajar. Umumnya mereka sudah capek saat malam mulai larut. Hanya segelintir anak yang menyisakan aktifitasnya pada pukul 21.30an. Mereka mulai istirahat dan menata kembali semua peralatan setelah belajar di tempatnya masing-masing.
Di sepi sunyi seperti
itulah terjadi sebuah percakapan dua alat belajar yang belum
beristirahat. Sebuah pencil membuka percakapannya dengan sebuah
penghapus yang bersanding di sebelahnya.
Pensil : " Sobat, aku ingin bicara padamu, tapi kamu jangan marah ya..."
Pensil : " Sobat, aku ingin bicara padamu, tapi kamu jangan marah ya..."
Penghapus : "Ehm.. InsyaAllah ndak lah..."
Penghapus : "Emange da apa?"
Suasana menjadi hening kembali.....
Pensil : “Penghapus, Maafkan aku ya …”
Penghapus : “Maafkan aku?? untuk apa Pensil?? Perasaan kamu tidak melakukan kesalahan apapun padaku…”
Pensil : “Aku merasa bersalah padamu. aku sering membuat dirimu terluka. Aku belum mampu bertanggung jawab atas perbuatanku. Diriku senantiasa merepotkan dan menyakitimu. aku yang berbuat tapi kamu yang harus menanggung perbuatanku. Setiap kali aku melakukan kesalahan, pasti kamu yang selalu menghapusnya. Dan setiap kali kamu melakukannya, kamu selalu ikhlas kehilangan sebagian dari dirimu. Kamu akan menjadi semakin kecil , kecil dan kecil …”
Penghapus : “O, hal itu.... apa yang engkau katakan memang benar… Namun aku sama sekali tidak merasa keberatan. Kau lihat, aku memang tercipta untuk melakukan hal itu. Diriku tercipta untuk selalu membantumu setiap saat kau melakukan kesalahan. Walaupun suatu hari, aku tahu bahwa aku akan pergi dan kau akan mengganti diriku dengan yang baru. Aku sungguh bahagia bisa membantumu. Aku tidak suka melihat dirimu bersedih…”
Pensil: "Sungguh engkau begitu mulia, engkau rela mengorbankan dirimu dan ikhlas ku gantikan dengan yang lain. Sebenarnya dalam hati kecilku juga tidak tega melihatmu senantiasa begitu. Namun apa daya, aku belum bisa apa-apa dengan semua itu. Bahkan terkadang ada di antara temanku yang mengganti penghapusnya. hanya karena alasan sudah kecil, terkadang belum kecil saja sudah diganti karena ada yang lebih bagus dan baru."
Pensil : "Sekali lagi maafkan ya!!!"
Sobat, kisah di atas mewakili kisah kita dengan sahabat-sahabat kita, bahkan dengan sahabat terdekat kita, siapa???
"ORANG TUA"
Betapa usaha mereka luar biasa. Banyak kesalahan yang kita lakukan namun mereka menghapusnya tanpa kita minta. Terkadang tanpa kita sadari, kita mencari ganti atau menggantinya dengan orang lain ketika mereka masih bersama kita. Kita menggantinya dengan teman sepermainan, dengan teman yang baru kita kenal, dengan pacar (tapi ingat ya... pacaran itu tidak boleh looo ) kita dan dengan yang lainnya. Bahkan yang pasti terjadi adalah mengganti posisi mereka dengan suami atau istri kita beserta anak-anak kita. Bisakah kita menjadikan beliau-beliau manusia yang tidak tergantikan dalam hidup kita? Meski kita memiliki banyak kenalan dan keluarga baru, jadikanlah mereka orang yang pertama ada dalam hati kita, setelah Allah dan Rasul-Nya.
Ya Allah ampunilah dosa para orang tua kami, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami...
Bapak, ibu, maafkan kami......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar