Selasa, 29 April 2014

Belajar dari pensil

Terik siang itu terbayar lunas dengan selesainya perkerjaan. Seorang pembuat pensil berhasil memproduksi pensil siang itu. Sebelum dia mengemas pensil itu untuk dikirim ke toko, dia berpesan pada pensilnya. 


" Kini kau akan pergi melalang buana. Engkau akan berkeliling dunia yang mungkin belum pernah ku datangi. Walau pun begitu hakikat kehidupan itu sama di sembarang tempat dan sembarang waktu. Ceritanya tidak banyak berubah meski pemainnya telah pergi dan berganti."

Suasana hening, deruan angin terdengar lembut menyinggung dedaunan. Suara desiran pasir yang terbang terbawa angin menjadi riuh karena suasana yang sangat tenang.
Kemudian pembuat pensil itu melanjutkan perkataannya.

"Hidup ini adalah pilihan. Oleh sebab itu, sebelum kau pergi ku titip pesan barangkali suatu saat bisa kau jadikan bahan pertimbangan ketika engkau berhadapan dengan suatu pilihan.
1. Kau akan memberikan manfaat dan bisa melakukan segala hal jika engkau mengizinkan dirimu digenggam     oleh tangan seseorang. Jika kau mengizinkan seseorang memegangmu, maka jika orang itu baik, maka kau     akan memberikan kebaikan. Tapi jika yang menggegammu adalah orang yang kurang baik, maka dirimu       akan memberikan keburukan bahkan menjadi bahaya bagi orang lain. Pilihlah dengan tepat orang yang           akan menggegammu. Maka ku sarankan pasrahkanlah dirimu dalam genggaman Allah. Kepercayaanmu         kepada-Nya akan menjatuhkan pilihan-Nya untuk mengirim orang yang baik kepadamu."
2. Untuk mempertajam dirimu, engkau akan merasakan sesuatu yang menyakitkan. Walau begitu, engkau selalu membutuhkannya agar menjadi pensil yang bagus. Jika kondisimu tumpul maka tidak akan memberikan hasil yang maksimal. Engkau akan diruncingkan agar mejadi tajam. Kesulitan, kesusahan dan cobaan hidup itulah yang akan menjadikan diri kita tajam. Sebagaimana pensil akan kehilangan bagian tubuhnya ketika diruncingkan. Jangan biarkan dirimu mengeluh dan menjadi tumpul karena lari dari kenyataan hidup.

3. Ketika dirimu mulai menulis dan menggambar, engkau selalu punya kesempatan untuk memperbaikinya         jika salah atau menggantinya jika engkau ingin merubahnya. Dalam perjalanan hidup kita, kita senantiasa       diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang telah kita lakukan. Walau berbeda dengan goresan     pensil. Jika pensil salah menulis maka bisa dihapus dan ditulis lagi di tempat yang sama. Tapi jika kita             berbuat salah, maka kita tidak bisa mengganti hari kemarin karena yang ada adalah hari ini. 
4. Bagian terpenting dari dirimu adalah apa yang ada di bagian dalammu. Itulah yang dipesankan Rasulullah       bahwa Allah tidak melihat fisik dan ketampananmu tetapi Allah melihat hatimu. 
5. Jika kau ingin dikenang maka setiap lembar kertas dimana kamu menemuinya, tinggalkanlah bekas atau         tanda padanya

Setelah itu, dengan hati-hati sang pembuat pensil memasukkannya ke dalam kotak. Pensil pun pergi dan mengingat segala pesan pembuatnya. 

Sobat, itulah pensil yang senantiasa kita pegang dan gunakan untuk menulis. Dia mengajari kita lima hal yang bisa kita ibaratkan bahwa pensil itu adalah diri kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar