Minggu, 20 April 2014

Jaga Tajam Mata Gergajimu Kawan

Setiap produk ada aturannya, setiap wadah ada takarannya sendiri-sendiri. Dengan kata lain, setiap alat atau benda ada daya maksimal yang bisa diberikan. Melebihi itu, maka akan terjadi ketidakstabilan bahkan akan terjadi error. Begitulah hukum alam yang berlaku dalam kehidupan ini. Semua berjalan dengan jalannya sendiri-sendiri yang telah ditentukan oleh Sang Pencipta Kehidupan.

          Suatu produk dibuat untuk mempermudah menyelesaikan pekerjaan. Untuk  mencapai sebuah tujuan dalam suatu pekerjaan, terkadang diusahakan dengan sangat maksimal, bahkan terkesan memaksakannya. Adakalanya usaha tersebut membuahkan hasil, tapi tak jarang juga yang belum berhasil, bukan gagal ya!!! Seharusnya tidak ada kata gagal, karena kegagalan itu hanyalah kesuksesan yang tertunda. Namun jika tidak kita sadari sering kita terjebak menjadi orang yang tidak beruntung. Namun, terkadang dengan kerja yang biasa saja, tujuan itu sudah tercapai. Yang harus menjadi catatan adalah, seberapa daya maksimal yang dimiliki alat tersebut.
Misalkan gergaji, kita menggunakan gergaji untuk memotong kayu. Jika gergajinya masih baru, dengan mudah dan tenaga yang normal batang pohon bisa dipotong. Dua hal yang bisa menjadi tolak ukur kinerja gergaji adalah kecepatan untuk memotong dan besar tenaga yang dibutuhkan untuk memotong suatu batang pohon. Catatan yang harus diingat adalah semakin sering gergaji itu maka dia akan semakin tumpul. Jika gergaji dipakai tiada henti bukan semakin tajam setajam pisau tapi sebaliknya dia akan semakin sulit untuk memotong dan butuh tenaga yang besar. Ada waktunya untuk mengasah mata gergaji agar kembali runcing dan tajam kembali. Jika kita amati dengan benar, untuk menajamkan mata gergaji dipakai alat yang terbuat dari besi juga  yang disebut dengan “kikir”. Artinya untuk membuat optimal kembali kinerjanya, gergaji harus diasah dengan sesuatu yang keras dan kuat. Merapikan bagian yang tumpul menjadi bagian yang runcing.
Saudaraku yang berbahagia, mungkin kita pernah mengalami atau melihat orang-orang yang berada disekeliling kita yang kerjaannya hanya tidur atau bermalas-malasan. Kadang berdalih istirahat katanya. Mungkin kita sangat tidak sepakat dengan alasan yang disampaikan, karena mereka hanya mnghabiskan usianya dengan sesuatu yang kurang berguna. Namun, satu catatan penting belajar dari gergaji yang bisa kita ambil adalah istirahat itu penting sebagaimana bekerja itu juga penting. Karena kita sama-sama makhluk yang terbatas maka ada kalanya kita harus mengistirahatkan badan kita. Mengumpulkan kembali tenaga yang telah terkuras habis untuk mewujudkan keinginan yang tiada habisnya, selain itu juga untuk merefresh kembali otot-otot dalam tubuh yang telah kaku setelah dibebani beban kerja yang terkadang berlebihan.
Saat awal pekan kita bekerja, semuanya terasa nikmat, tenaga masih penuh, tubuh masih fresh, semuanya terasa lancar. Bahkan sehari bekerja 18 jam tidak begitu terasa. Karena momentnya masih awal pekan. Semakin sering kita bekerja, maka lama-kelamaan tubuh kita akan semakin terasa capek. Apalagi jika jam kerja kita di atas 12 jam seharinya. Maka pastinya di akhir pekan kita bisa merasakan bedanya dengan kondisi di awal pekan.
Belajar dari gergaji, pembaca yang budiman, Allah menciptakan kita dengan tiga unsur utama yang masing-masing punya hak. Akal, jiwa, dan raga yang dikaruniakan kepada kita, semuanya punya hak yang harus kita penuhi. Karena kesibukan kerja, maka fisik kita selain butuh makanan, juga butuh istirahat untuk memulihkan sel-sel yang mungkin rusak ketika bekerja. Otak kita butuh nutrisi untuk bisa kembali berpikir dengan sempurna. Allah telah mengingatkan kepada kita, bahwasanya;
“Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.” (Al Furqon 47)
Sunnatullah, telah diciptakan malam memang untuk kita istirahat. Meskipun begitu tidak ada salahnya jika kita ingin istirahat di siang hari. Istirahat bisa Cuma sekedar duduk santai atau juga tidur. Jika siang hari, tentu tidak harus selama tidur di malam hari. Cukup 10 sampai 20 menit saja, kalau betul-betul nyenyak, pastilah tenaga kita akan kembali pulih.
Agar benar-benar maksimal, maka istirahat itu harus total. Tidak Cuma panca indera yang istirahat tapi juga pikiran kita. karena boleh jadi fisik kita istirahat, tapi otak kita masih terus bekerja. Maka istirahat seperti tidaklah maksimal. Untuk merefresh pikiran, boleh saja kita sambil memutar nasyid atau murottal. Insyaallah dengan lantunan tersebut, ruhani kita juga akan bertambah tenang. So, istirahatlah.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar