Setiap
produk ada aturannya, setiap wadah ada takarannya sendiri-sendiri. Dengan kata
lain, setiap alat atau benda ada daya maksimal yang bisa diberikan. Melebihi
itu, maka akan terjadi ketidakstabilan bahkan akan terjadi error. Begitulah
hukum alam yang berlaku dalam kehidupan ini. Semua berjalan dengan jalannya
sendiri-sendiri yang telah ditentukan oleh Sang Pencipta Kehidupan.
Suatu produk dibuat untuk mempermudah menyelesaikan pekerjaan. Untuk mencapai sebuah tujuan dalam suatu pekerjaan, terkadang diusahakan dengan sangat maksimal, bahkan terkesan memaksakannya. Adakalanya usaha tersebut membuahkan hasil, tapi tak jarang juga yang belum berhasil, bukan gagal ya!!! Seharusnya tidak ada kata gagal, karena kegagalan itu hanyalah kesuksesan yang tertunda. Namun jika tidak kita sadari sering kita terjebak menjadi orang yang tidak beruntung. Namun, terkadang dengan kerja yang biasa saja, tujuan itu sudah tercapai. Yang harus menjadi catatan adalah, seberapa daya maksimal yang dimiliki alat tersebut.
Misalkan
gergaji, kita menggunakan gergaji untuk memotong kayu. Jika gergajinya masih
baru, dengan mudah dan tenaga yang normal batang pohon bisa dipotong. Dua hal
yang bisa menjadi tolak ukur kinerja gergaji adalah kecepatan untuk memotong
dan besar tenaga yang dibutuhkan untuk memotong suatu batang pohon. Catatan
yang harus diingat adalah semakin sering gergaji itu maka dia akan semakin
tumpul. Jika gergaji dipakai tiada henti bukan semakin tajam setajam pisau tapi
sebaliknya dia akan semakin sulit untuk memotong dan butuh tenaga yang besar. Ada
waktunya untuk mengasah mata gergaji agar kembali runcing dan tajam kembali.
Jika kita amati dengan benar, untuk menajamkan mata gergaji dipakai alat yang
terbuat dari besi juga yang disebut
dengan “kikir”. Artinya untuk membuat optimal kembali kinerjanya, gergaji harus
diasah dengan sesuatu yang keras dan kuat. Merapikan bagian yang tumpul menjadi
bagian yang runcing.
Saudaraku
yang berbahagia, mungkin kita pernah mengalami atau melihat orang-orang yang
berada disekeliling kita yang kerjaannya hanya tidur atau bermalas-malasan.
Kadang berdalih istirahat katanya. Mungkin kita sangat tidak sepakat dengan
alasan yang disampaikan, karena mereka hanya mnghabiskan usianya dengan sesuatu
yang kurang berguna. Namun, satu catatan penting belajar dari gergaji yang bisa
kita ambil adalah istirahat itu penting sebagaimana bekerja itu juga penting.
Karena kita sama-sama makhluk yang terbatas maka ada kalanya kita harus
mengistirahatkan badan kita. Mengumpulkan kembali tenaga yang telah terkuras
habis untuk mewujudkan keinginan yang tiada habisnya, selain itu juga untuk merefresh
kembali otot-otot dalam tubuh yang telah kaku setelah dibebani beban kerja yang
terkadang berlebihan.
Saat
awal pekan kita bekerja, semuanya terasa nikmat, tenaga masih penuh, tubuh
masih fresh, semuanya terasa lancar. Bahkan sehari bekerja 18 jam tidak begitu
terasa. Karena momentnya masih awal pekan. Semakin sering kita bekerja, maka
lama-kelamaan tubuh kita akan semakin terasa capek. Apalagi jika jam kerja kita
di atas 12 jam seharinya. Maka pastinya di akhir pekan kita bisa merasakan
bedanya dengan kondisi di awal pekan.
Belajar
dari gergaji, pembaca yang budiman, Allah menciptakan kita dengan tiga unsur
utama yang masing-masing punya hak. Akal, jiwa, dan raga yang dikaruniakan
kepada kita, semuanya punya hak yang harus kita penuhi. Karena kesibukan kerja,
maka fisik kita selain butuh makanan, juga butuh istirahat untuk memulihkan
sel-sel yang mungkin rusak ketika bekerja. Otak kita butuh nutrisi untuk bisa
kembali berpikir dengan sempurna. Allah telah mengingatkan kepada kita,
bahwasanya;
“Dialah
yang menjadikan untukmu malam (sebagai)
pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun
berusaha.” (Al Furqon 47)
Sunnatullah,
telah diciptakan malam memang untuk kita istirahat. Meskipun begitu tidak ada
salahnya jika kita ingin istirahat di siang hari. Istirahat bisa Cuma sekedar
duduk santai atau juga tidur. Jika siang hari, tentu tidak harus selama tidur
di malam hari. Cukup 10 sampai 20 menit saja, kalau betul-betul nyenyak,
pastilah tenaga kita akan kembali pulih.
Agar
benar-benar maksimal, maka istirahat itu harus total. Tidak Cuma panca indera
yang istirahat tapi juga pikiran kita. karena boleh jadi fisik kita istirahat,
tapi otak kita masih terus bekerja. Maka istirahat seperti tidaklah maksimal.
Untuk merefresh pikiran, boleh saja kita sambil memutar nasyid atau murottal.
Insyaallah dengan lantunan tersebut, ruhani kita juga akan bertambah tenang.
So, istirahatlah.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar