Suatu hari yang cukup terik, tiga orang pemuda kampung sedang berlibur di pantai Kute, Bali. Karena ingin terlihat sebagaimana turis atau wisatawan lainnya, mereka memutuskan untuk memakai kacamata. Kemudian mereka membeli kacamata dan pakaian ala turis mancanegara. Sebut saja mereka adalah si A, si B, dan si C. Si A memakai kacamata dengan lensa hitam. Kacamata si B dengan lensa bening, sedangkan si C menggunakan kacamata lensa merah. Cuaca yang terik dengan hembusan angin dan pasir membuat mereka enggan untuk melepas kacamatanya.
Setelah sekian lama berjalan mereka berjalan, mereka bertiga menemukan bunga yang menurut mereka cukup aneh. Dengan pendapat masing-masing, si A berpendapat bahwa bunga itu berwarna gelap. Si B bilang bahwa bunga itu berwarna kuning. Sedangkan si C bilang bahwa bunga itu berwarna merah. Mereka tidak mau mengalah dan tetap mempertahankan pendapatnya masing-masing. Keributan pun tak terhindarkan. Ketiganya terlibat adu mulut bahkan akhirnya sampai adu pukul.
Dengan sekuat tenaga si A memukul si B yang mengakibatkannya tersungkur ke tanah. Kacamata si B jatuh ke pasir. Di satu pihak, duel antara si A dan si C terus terjadi. Karena sama-sama kuatnya mereka masih bertahan. Hingga akhirnya keduanya tersungkur ke tanah dan lepaslah kacamata mereka. Si B yang telah jatuh duluan telah berada di dekat bunga yang ternyata berwarna kuning. Si B pun memanggil kedua temannya dan mengajaknya mendekat ke bunga.
"Teman, kenapa tadi bunga yang berwarna kuning kok bisa jadi gelap dan merah ya?" tanya si A.
"Ya, tadi benar kok bungannya berwarna merah." tegas si C memperkuat argumennya.
Si B mengambil dan mengumpulkan kacamata mereka.
"Inilah sebabnya." Sambil mengangkat kacamata
Kita menilai sesuatu berdasarkan cara pandang kita sendiri-sendiri. Cara pandang kita tergantung informasi yang ada di dalam otak kita. Perasaan pribadi kita juga menentukan kemana arah kita memandang sesuatu. Jika cara pandang kita merah, maka apa yang kita pandang akan menjad merah atau kita merahkan. Ketika cara pandang kita biru, maka apa yang kita pandang menjadi biru atau kita birukan dengan alasan-alasan kita. Jika kita sayang, percaya dan cinta pada seseorang, ketika kita dapati dia bersalah kadang kita membela dan mencari pembenaran atas hal itu. Kadang kita juga tidak mempercayai apa yang terjadi itu. Begitu sebaliknya ketika kita membenci seseorang, walaupun dia telah berubah baik dan mencoba memperbaiki kesalahannya, kadang kita senantiasa memvonisnya tetap salah seperti dahulu.
Sobat, ketika kita menghadapi masalah maka sebaiknya kita melepaskan kacamata yang kita pakai. Biar yang merah kelihatan merah. Yang putih kelihatan putih, jelas apa adanya. Semoga kita bisa belajar dari kacamata untuk melihat dan menilai masalah dengan sebenarnya. Tidak tertipu dengan lensa individualitas kita. Sehingga tidak menyengsarakan diri kita sendiri, bahkan orang-orang disekeliling kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar